PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Lingkungan
kerja fisik yaitu semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat
kerja dimana dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori. Kategori yang pertama
adalah lingkungan yang berhubungan langsung dengan karyawan dan berada di dekat
karyawan seperti meja, kursi dan sebagainya. Kategori yang kedua adalah
lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja
yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya, temperatur, kelembaban, sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan
lain-lain (Sedarmayanti, 2009).
Ada
banyak perusahaan yang kurang memperhatikan lingkungan fisik kerja. Kondisi
lingkungan fisik kerja seperti kondisi suhu ruangan, kebisingan, pencahayaan
dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut tidak bisa dikesampingan dalam teknis
berjalannya suatu proses produksi karena faktor tersebut menjadi salah satu
bagian dalam hal yang membuat operator nyaman. Kenyamanan seorang operator
dapat meningkatkan kecepatan, ketepatan, konstansi dan konsentrasi mereka
bekerja, maka dari itu lingkungan fisik kerja merupakan bagian penting dari
tercapainya produktivitas operator yang baik.
Harapan
dari mempelajari lingungan fisik kerja adalah didapatnya informasi-informasi
tentang lingkungan fisik kerja yang optimal untuk seorang operator perakitan
pada suatu perusahaan yang outpunya bisa diterapkan pada saat proses produksi
berlangsung dengan harapan terdapat produktivitas yang meningkat. Produktivias
yang menurun merupakan hal yang dihindari suatu perusahaan karena akan terjadi
kerugian dari segi materi dan bagi pihak operator akan mengakibatkan kerugian
berupa kesehatan yang terganggu.
PEMBAHASAN
2.
Hasil
dan Pembahasan
Lingkungan fisik kerja
adalah semua lingkungan kerja yang berbentuk fisik meliputi tata letak,
peralatan pendukung, pencahayaan, kebisingan, getaran, suhu dan kelembaban
ruangan kerja, sirkulasi udara, debu serta bau-bauan yang bersumber dari faktor
kimiawi (Bridger, 1995).
Faktor yang akan dibahas
pada penulisan kali ini adalah faktor suhu lingkungan, pencahayaan, kelembaban
dan kebisingan. Keempat faktor ini merupakan faktor lingkungan fisik kerja yang
paling mempengaruhi kerja seorang operator.
Sebelum melakukan
penulisan ini, penulis telah mengikuti workshop yang terkait dengan pengaruh
lingkungan fisik kerja terhadap kinerja operator. Dalam workshop tersebut
disimulasikan operator sedang bekerja melakukan sebuah perakitan dan adanya
intervensi dari faktor lingkungan fisik kerja seperti suhu ruangan, dimana
operator dimasukan kedalam ruangan iklim panas dan iklim dingin. Ada juga
faktor pencahayaan, dimana operator harus melakukan perakitan pada pencahayaan
lampu berwarna, merah, kuning, hijau, biru dan pencahayaan lampu normal. Ada
pula faktor lain seperti kebisingan dan kelembaban. Tujuan dari workshop
tersebut adalah menilai tingkat konsentrasi, kecepatan, ketepatan dan konstansi
dari operator dalam melakukan suatu pekerjaan.
Pertama yang akan dibahas
adalah suhu ataupun temperatur. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri dengan
suhu karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan
penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas. Temperatur yang terlalu
dingin akan mengakibatkan gairah kerja yang menurun sedangkan temperatur udara
yang terlalu panas,
akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung
akan membuat banyak kesalahan. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja, tentang
nilai ambang batas faktor fisika dan kimia ditempat kerja tingkat produktivitas
paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur antara 75-80ºF atau setara dengan 24-27ºC pada beban
kerja sedang. Alat yang digunakan untuk megukur temperatur atau suhu ruangan
adalah termometer. Jika pada suatu perusahaan didapatkan suhu ruangan melebihi
atau kurang dari nilai ambang batas tersebut bisa melakukan perbaikan dengan
menambah saluran udara ataupun menguranginya.
Kedua yang akan dibahas
adalah pencahayaan. pencahayaan sangat berpengaruh terhadap kemampuan manusia
untuk melihat objek dengan
jelas, cepat, dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang
baik akan makin diperlukan apabila kita mngerjakan pekerjaan yang membutuhkan
ketelitian pengelihatan. Pencahayaan yang terlalu suram mengakibatkan mata
pekerja cepat lelah mata. Pencahayaan ini dapat diukur menggunakan alat lux
meter. Nilai ambang batas yang disarankan pada area kegiatan yang melibatkan
perakitan halus atau ketelitian yang penuh sebesar 500-1000 lux. Jika suatu
perusahaan didapatkan pencahayaan ruangannya kurang atau melebihi nilai ambang
batas yang telah ditetapkan maka bisa dilakukan perbaikan pada tingkat
pencahayaan.
Ketiga
yang akan dibahas adalah kebisingan. Kebisingingan merupakan bunyi-bunyian yang
tidak dikedendaki oleh telinga kita, terutama karena dalam jangka pendek dapat
mengurangi ketenangan dalam bekerja, menganggu konsentrasi, dan menyulitkan
dalam berkomunikasi sehinggadapat merusak pendengaran dalam jangka panjang.
Nilai ambang batas atau NAB kebisingian di tempat kerja berdasarkan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/1999 yang merupakan pembaharuan dari Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1978, besarnya rata-rata adalah 85 dB
untuk waktu kerja terus-menerus tidak lebih dari 8 jam/hariatau 40 jam/minggu.
Perbaikan dalam faktor ini pihak perusahaan bisa menyediakan alat untuk
meminimalisir tingkat kebisingan dalam suatu stasiun kerja. Perusahaan bisa
menyediakan ear plug ataupun ear muff.
Keempat
yang akan dibahas adalah kelembaban. Kelembaban adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan jumlah uap air yang ada di udara dan dinyatakan dalam
persen dari jumlah uap air maksimum dalam kondisi jenuh. Dan alat yang dapat
digunakan untuk mengukur kelembaban udara (Relative Humidity) adalah Higrometer.
Nilai ambang batas yang disarankan pada faktor kelembaban ini memiliki rang
antara 40% - 60%. Jika suatu perusahaan memiliki tingkat kelembaban kurang dari
40% bisa diatasi menggunakan humidifier dan jika tingkat kelembaban melebihi
dari batas maksimal yaitu 60% maka bisa menggunakan dehumidifier.
3.
Kesimpulan
dan Saran
Berdasarkan
pembahasan yang dilakukan penulis, keempat faktor yang mempengaruhi kinerja dan
produktivitas seperti suhu atau temperatur, pencahayaan, kebisingan dan
kelembaban merupakan hal yang tidak boleh dilupakan oleh setiap perusahaan
karena faktor tersebut yang akan mempengaruhi kenyamanan, konstansi,
konsentrasi, ketepatan dan kecepatan operator dalam bekerja. Jika lingkungan
fisik kerja dalam suatu perusahaan tidak baik akan membawa pengaruh buruk
terhadap produktivitas dan kesehatan operator pula, maka dari itu setiap
perusahaan perlu mengukur faktor-faktor tersebut dan menyeseuaikan dengan nilai
ambang batas yang telah ditetapkan ataupun sesuai dengan standar yang ada dan
juga menyediakan pula alat pendukung yang digunakan dalam berlangsungnya proses
produksi tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Sedarmayanti.
2009. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja.
Bandung: CV Mandar Maju.
Bridger, R. S. 1995. Introducing to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill.
Komentar
Posting Komentar